Langsung ke konten utama

CERPEN. (cerita paling penting) ehe.

First Kid

Aku adalah Simon Simm agen rahasia yang bekerja untuk President America Sam Paul Davenport, dibawah kedudukan Wilkes, aku sangat mencintai pekerjaanku dan oleh karena itu aku tidak mau untuk memiliki keluarga sampai sekarang, aku takut perhatianku akan terbagi menajdi dua karena hal tersebut.  namun semua itu berubah ketika atasanku Wilkes menyuruh ku  untuk melakukan tugas lain.
“hey ayolah Wil, aku bekerja untuk pak president.”
“hey. kau ini bekerja untuk Negara, dan ini adalah sebagian dari tugasmu.”
“oh ayolah Simm, tugasmu hanya mengawasi bocah berumur 13tahun.” Ucap wilkes dengan membanting tangannya.
“maksudmu, menjadi babysitter?” aku mengangkat alisku dengan tinggi. Lalu wilkes hanya menganggukkan kepalanya. “oh yatuhan.”
Lalu keesokan harinya Wilkes mengajakku ke gedung putih untuk menemui Cameron Davenport. Ketika aku melihat anak itu dia menatapku dengan tatapan penuh kebencian, oh yatuhan berikanlah aku kekuatan.
“tuan Cameron, ini adalah Simon Simm agen rahasia, yang ayahmu tunjuk untuk mendampingimu kemanapun kau pergi.” Ucap wilkes, yang hanya di sambut tatapan tajam dari Cameron si anak manja.
“aku Simon Simm, aku yang akan mengawasi setiap langkahmu.”
“oh ya? Akankah, kau mengawasiku ditoilet kamarku?” demi tuhan anak ini baru saja menguji kesabaranku, dia melipat tangannya di dada, dan mengkerutkan matanya.
“jika itu dalam keadaan terdesak, aku akan melakukannya.” Jawabku dengan wajah santai, yang membuat dia sedikit kesal.
“kau orang bodoh, keluar dari kamarku.” Teriaknya, dan mendorong aku dan Wilkes keluar pintu kamarnya.
“ayo Simm.”
“apa kau fikir aku akan betah dengan bocah itu?”
“hey itu tugasmu. Aku tidak perduli.” Ucapnya, yang sambil memberikanku bir diruang privasi agen rahasia.
“hey wilkes, ngomong-ngomong bagaimana luka tembak di perutmu itu?” Wilkes baru saja mendapat tembakan di perutnya, karna melindungi pak Paul Davenport, saat pidatonya 1 bulan yang lalu.
“sudah membaik.” Jawabnya singkat.
“apa kau rela mati untuknya?” tanyaku, yang langsung mendapat pukulan dikepalaku oleh Wilkes.
“kita bekerja untuk president, kita disini untuk melindungi nyawanya, aku rela mendapat tembakan lagi asal nyawa president kita selamat.”
“hmm. Baiklah.”
[Cameron POV]
Hari ini ibuku mengajaku ke mall, semua pengunjung mall sudah tidak ada didalam sana, mereka sudah berlarian keluar, karena semua agen rahasia yang bekerja untuk ayah melaporkan ada benda semacam bom yang diletakan di dalam gedung mall, dan clap semua orang-orang bodoh itu pergi meninggalkan tempat ini, namun hal yang sebenarnya terjadi adalah aku Cameron Davenport akan pergi bersama ibuku untuk membeli perlengkapan sekolah, itu yang sebenarnya terjadi.
“ibu mengapa masih ada wartawan.” Aku fikir hanya aku dan ibuku dan beberapa pekerja ayah yang ada disini, namun tidak.
“mereka akan meliput keseharianmu, jadilah anak baik.” Ibuku menyebalkan.
“baiklah kita ke tempat itu.”
Kami memasuki salah satu pakaian baju, ini tempat yang jelek, ew.
“aku tidak suka pakaian ini.” Ucapku yang sembari memberikan baju kemeja itu kepada Wilkes
“apa-apan kau ini Cam, ini adalah pakaian termahal, semua orang America belanja ditempat ini.”
“Aha?”
“pergi keruang ganti, pakai bajumu, dan tutup mulutmu. Wilkes bawa dia.”
“hey. Hey. Wilkes. Kau tidak perlu menariknya seperti itu, mengapa kau kasar sekali.” Teriak ibuku, yang langsung memelukku. Ini sungguh memalukan.
“maaf nyonya.”
“okeh nak, pergilah keruang itu.” Hum. Saat aku berjalan kearah ruang ganti aku mendapatkan ide, aku cepat cepat masuk kedalam ruangan itu, membuka celanaku, dan aku mengeluarkan bokongku keluar hordeng ruang ganti. Dan
“oh yatuhan. Wilkes tutup hordengnya.” Teriak ibuku, ahahaha aku merasa sudah puas hari ini, baiklah bu ini konyol, tapi aku suka bertingkah konyol. Maafkan aku bu.
Tapi sial, ketika sampai dirumah ayah memanggilku keruang kerjanya dan ketika aku masuk kedalam sana, ternyata ibu baru saja menceritakan kejadian memalukan hari ini kepada ayah, dan ayah memberikan ku hukuman, tapi menurutku itu bukanlah hal yang memalukan, itu keren. pernahkah kau berfikir akan melihat bokong anak dari seorang president?
[Simon POV]
Hari ini adalah hari pertamaku menjadi pengasuh anak berumur 13tahun, aku masih tidak bisa berhenti berfikir, dia 13tahun, dan dia seorang laki-laki, apa yang akan terjadi padanya? Tapi mungkin akan banyak hal yang buruk jika aku tidak bersamanya. Oh yatuhan, berilah aku kekuatan.
“hai simm. Apa kau takut ular?” Tanya Cam ketika aku memasuki kamarnya. Dia sedang mengendong ular di tangannya, ularnya sangat besar, dan mengerihkan.
“em, uh, tidak. Hanya saja, ey apa ular itu berbahaya?” tanyaku dengan wajah panik, aku melangkah mundur menjauhi bocah ini, namun dia kelihatan sedang mempermainkanku, dia tersenyum, dengan senyuman kejihnya, terus mendekatiku.
“oh tidak tidak. Hanya saja, jika kau terkena gigitan sampai 10x mungkin kau akan mati.” Ucap cam. Apa dia gila, aku takakan sudi mati sia-sia. “ayolah kemari simm, aku butuh bantuanmu.”
“apa ucapkan saja.” Kataku. Yang masih menjaga jarak darinya.
“mendekatlah Simm, apa kau pengecut.”
“tidak.” Jawabku dengan lantang. “apa yang bisa kubantu.?”
“ini tolong pengang ular ini. Aku hendak merapihkan bukuku.” Dia melempar ularnya kewajahku, dan aku berhasil menangkapnya, dan ya aku teriak, dan dia hanya menertawakanku, dan setelah anak manja ini puas menertawakanku dia mengambil kembali ularnya dan memasukkannya kedalam akuarium tempat yang lebih cocok untuk ular menyeramkan seperti ini.
Aku menjaganya hingga kekelasnya, aku berada disana selama jam pelajaran berlangsung, aku duduk disana, ya memperhatikan anak itu. Dan juga gurunya, maksudku, memperhatikan kehadapannya, oh bukan bukan, kepelajarannya. Hey mengapa aku canggung?
[Cameron POV]
Dia terus bersamaku, dia berjalan tepat dibelakangku, dia seperti sedang mengendus jejak kakiku, dia seakan sedang ingin menghancurkan reputasiku, bahkan ketika sedang istirahat makan siang disekolah, dia berada dibelakangku, dan menatap kearahku terus.
“apakah kau tidak bisa lebih dekat lagi?”
“baiklah.” Jawab Simm, yatuhan pria ini apakah ayah tidak salah menempatkan laki-laki ini untuk menjagaku?
“yatuhan. Maksudku begini, bisakah kau memberiku sedikit ruang, sedikit saja.?” Ucapku, dengan tangan dirapatkan, menunjukan permohonan, dia adalah orang pertama yang membuatku memohon, seorang Body Guard.
“baiklah. Aku akan mengawasimu disebelah sana, dibalik pohon.” Jawabnya, yang berjalan menjauhiku.
“okey, terimakasih.” Akhirnya aku bisa lepas dari dia, dari seorang laki-laki berumur 23tahun. Dan setelah Simm pergi, Rob dan beberapa kawannya menghampiriku.
“Cameron Davenport, mengapa kau makan sendirian?” tanyanya, dengan sangat angkuh.
“aku suka sendirian.”
“aha? Apa bukan karena kau tidak memiliki teman bro?” astaga, dia sangat menjengkelkan, dia mencoba membuatku marah.
“apa masalahmu?”
“tidak ada.” Jawabnya dengan senyuman yang menurutku sangat tidak pantas diberikan kepadaku. “aku dan teman temanku, ingin mengajakmu untuk makan bersama?”
“terimakasih untuk ajakannya. Tapi aku ingin sendiri saja.” Ucapku yang melanjutkan memakan burgerku. Namun tiba-tiba Rob merebutnya, dan membuangnya ketanah.
“hey apa apaan kau ini.?” Tanyaku yang langsung berdiri, dan mendekatinya.
“kau mau marah, apa kau mau melawanku, ayo pukul aku?” Rob sudah memasang kuda-kuda, dan seketika pukulan tangannya mendarat dipipiku, dan aku terjatuh kebawah, dan dimana Simm. Mengapa dia tidak menolongku, “ayo berdiri anak manja, ayo, oh kau tidak bisa berantem, dimana pengawalmu, apa dia meninggalkanmu?” ucapnya mengejekku. Aku marah, aku mencoba bangun, aku memukulnya, namun pukulanku tak berarti baginya.
“hey. Apa barusan kau menamparku, kau tau rasanya tamparmu seperti tamparan adik perempuanku, tak ada rasanya.” Lalu dia menonjokku yang kedua kalinya. “ups. Nampaknya kau berdarah.”
Dan saat itu Simm baru datang, dia menarikku keluar dari lingkaran yang dipenuhi oleh anak anak sekolahanku, yatuhan dia tidak melakukan apapun saat tau aku di pukuli seperti itu. Aku sangat kesal padanya, dan ketika dimobil aku hanya diam dengan raut wajah yang marah.
“hey, terus berikan es itu pada bibirmu.” Ucapnya, astaga dia berkata begitu seperti tidak ada yang terjadi.
“apa?” lalu dia menengok kearahku, dan juga Clain yang sedang menyetir mobil dia juga bekerja untukku.
“tempelkan es itu pada bibirmu.” Ulangnya sambil memalingkan wajahnya kedepan.
“mengapa kau meninggalkanku, okeh aku yang menuruhmu untuk memberikanku ruang, tapi kemana kau?” kataku dengan perasaan sangat marah.
“aku mengusir wartawan yang hendak merekam kejadian itu.” Jawab Simm dengan santai.
“apa?” aku masih heran dengan sikapnya, apakah wartawan lebih penting daripada nyawaku. “mengapa kau hanya menarikku kembali kemobil tadi?”
“apa yang harus ku lakukan?”
“kau bilang kau agen rahasia, mengapa kau tak beri dia pelajaran?” tanyaku dengan sangat kesal, apakah dia seorang agen palsu?
“siapa maksudmu Rob? Tugasku adalah untuk melindungimu dari penculik, bukan dari anak berumur 13tahun, yang mengunakan seragam biru.” Astaga, perkataannya membuatku ingin muntah.
Dan hal yang sama terulang kembali, ketika sampai di gedung putih, ayah memanggilku keruangannya, dia menanyakan kepadaku apa yang terjadi, dan aku hanya bilang Rob memukuliku, dan Simm diam saja, namun ayah tetap saja menyalahkanku, katanya salah sendiri aku tidak memiliki perlindungan diri untuk melindungi diriku. Dan dia memberikanku hukuman.
“Cameron, sebentar lagi akan dilaksanakan kampanye tolong bantu ayahmu, jangan bertingkah konyol.” Kata ibuku, apa yang telah aku lakukan. Aku tidak salah bisakah kalian mengerti?
“ibu dan ayahmu akan pergi untuk 3 bulan, dan kau. Akan tetap dikamarmu. Itu sebagai hukumanmu.”
“ini tidak adil. Apa yang aku lakukan?” tanyaku dengan membanting tanganku, “ah, percuma saja aku marah, kalian tidak akan pernah mengerti aku. Cam akan terus berulah. Ingat itu.” Ucapku yang meninggalkan tempat kerja ayah.
[Simon POV]
Hari ini anak itu menjalankan masa yang sulit, hm apa yang harus aku lakukan oleh anak berumur 13tahun yang mehajarnya hingga luka dibibirnya tercipta. Dan malam ini aku datang kekamar Cameron Davenport untuk lebih mendekatkan diriku kepada bocah manja itu. Tapi dikamrnya tidak ada orang, lalu aku melihat lemari buku sedikit terbuka.
“hum, apakah ini jalan kecil rahasia?” lalu aku mendorong lemari itu, dan ya benar saja lemari itu langsung terbuka, dan menunjukan sebuah lorong gelap.
“Cam.” Panggilku. “Cameron.”
“aku disini Simm.” Jawabnya dari sudut sebelah kanan, dia sedang duduk melamun di sofa.
“apa yang kau lakukan disini, meratapi nasib?” tanyaku, lalu seketika aku menertawainya.
“ayah dan ibu tidak peduli denganku.”
“tidak, itu tidak benar, mereka mencintaimu.” Jawabku dengan mendekatinya dan duduk disampingnya.
“tidak Simm. Semua orang tidak menyukaiku, bahkan kau pun juga tidak menyukaiku, semua orang hanya pura-pura menyukaiku, karena tuntutan pekerjaan.” Ucapnya, dan seketika dia meneteskan air mata. “aku tidak bahagia menjadi seorang anak Sam Paul Davenport, hidupku bagaikan dipenjara Simm.”
“Cam kau tidak boleh bicara seperti itu, aku sangat ingin memiliki kehidupan sepertimu, kau adalah anak laki-laki yang sangat beruntung, aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki ayah, dan kau beruntung kau mendapatkan ibu dan ayah yang lengkap, dan dulu ibuku bekerja keras untuk membiayai kehidupanku dan sodara-sodaraku sendirian, dan kau mendapatkan semuanya dengan sangat lengkap. Tidakkah kau bersyukur akan hal itu?”
“ah maafkan aku Simm.” Ucap anak ini dengan terisak-isak. “tapi kehidupanku seperti ini membuat ku tersiksa, aku tidak pernah boleh pergi ketaman, bermain dengan banyak orang, aku bahkan tidak memiliki teman, dan aku tidak tau bagaimana rasanya dicium wanita.” Teriaknya.
“baiklah nak. Besok aku akan mengajakmu kesuatu tempat.”
“bagaimana caranya?”
“menyamar.”
[Cameron POV]
Simm mendandaniku dengan pakaian tertutup, hari ini aku berniat untuk melarikan diri bersamanya, dia membantuku untuk lolos dari penjara ini. Namun ketika hendak keluar rumah aku betemu dengan Wilkes, tapi sim bisa menangani itu dengan berkata bahwa aku adalah Miley teman sekolah Cam.
Sebelum memasuki mobil Simm bilang bahwa aku tidak boleh berbicara apa-apa kepada Clain. Namun aku sangat ingin mengetahui perasaan mereka kepada tuan Cameron Davenport yang sebenarnya.
“apa menurutmu Cameron itu menyebalkan?”
“ya. Dia sangat angkuh, sombong, dan senang memerintah.” Ucap clain dengan mungkin perasaan tidak suka.
“hey clain, kau tidak boleh memberitahukan masalah kita kepada orang asing.” Kata Mr.simm menghentikan pembicaraan Clain.
“tapi simm itulah yang sebenarnya.” Bantah clain.
“aku sudah duga. Tak ada yang menyukaiku.” Jawabku, yang langsung membuka kata mata hitam, dan wig yang ku kenakan untuk penyamaran.
“cam. Apa yang kau lakukan?” teriak Simm kepadaku.
“hey. Tuan Cameron. Simm apa kau gila, apa yang kau lakukan membawa kabur anak president.?” Tanya clain yang langsung menghentikan mobilnya dipinggir jalan.
“ayolah clain, kita harus memberinya waktu untuk menikmati dunia luar, dia bukan seorang tahanan.”dan mereka berdua pun berdebat, dan aku hanya duduk dibelakang menunggu hasil yang harus ku terima.
“baiklah. Beri tahu aku kemana kalian berdua akan pergi?” Tanya Clain, yang akhirnya mengalah, aku tidak percaya tenyata rayuhan Simm sangat hebat. Lalu kami pergi ketempat boxing. Itu tempat yang sangat mengagumkan. Dan ada hal baru aku ketahui ternyata Simm adalah mantan juara tinju. Dan Simm mengajariku berlatih bela diri ditempat itu, setelah aksi penyamaran pertama berhasil. Aku dan Simm dan juga Clain terus melakukannya, dan terus pergi ketempat itu untuk berlatih.
[Simon POV]
Malam ini aku masuk kekamar Cam, untuk sekedar melihat apakah dia sudah tidur atau masih bermain bersama Bruno anjing kesayangannya. Dan ternyata aku menemukannya sedang bermain computer. Wow apa yang sedang dia lakukan.
“Cam. Apa kau sedang online?” tanyaku yang sedikit khawatir.
“iya. Tapi sekarang sudah tidak.”
“situs apa itu? Apa kau memberikan identitasmu kepada orang asing?”
“Teen Chat. Ehm tidak Simm. Aku tidak sebodoh dirimu.” Jawabnya yang melampirkan senyum kepadaku.
“apa? Apa yang kau bilang barusan?”
“tidak. Ehm, kau mau apa kekamarku?” tanyanya dengan penasaran.
“ini.” Aku memberikannya kalung, itu bukan kalung biasa, kalung untuk mendeteksi keberadaanya. “pakai ini, dan kau akan aman.”
“terimakasih Simm.” Ucapnya yang langsung memelukku.
“tugasku adalah menjagamu agar tetap hidup, jika kau mati maka aku tidak akan punya pekerjaan.”
“owh, jadi masih menyayangiku karna tugas Negara. oh yatuhan.” Jawabnya dengan tangannya ditempelkan dikepala. “tidak Cam. Aku mencintaimu, dan akan menjagamu selalu,” ucapku.
[Cameron POV]
“Simm, bisakah berhenti mengambil makan siangku?” ucapku.
“oh maafkan aku Cam, tapi kalau aku sakit kau akan susah mencari pengawal sepertiku.” Ucapnya dengan nada mengancam. Dan tiba-tiba Simm pergi meninggalkanku sendiri dimeja makan, ketika Kattie datang menghampiriku.
“hei cam.” Sapanya, dengan senyuman terindah.
“hei.” Jawabku singkat, aku salah tingkah.
“Cam, pekan ini aku akan merayakan ulang tahunku di Ice Skating Center, aku berharap kau bisa hadir.”
“aku akan bicara kepada ayahku.” Jawabku, lalu kattie pun pergi kembali menuju ruang kelas.
Dan ketika dirumah aku memberi tahu Simm tentang pesta ulang tahun kattie, dan dia merencanakan penyamaran yang serupa. Dan akupun datang kepesta ulang tahun kattie, aku melihat kattie sangat gembira, tapi aku sama sekali tidak menunjukan wajahku saat itu kepadanya. Entah apa yang aku pikirkan. Aku hanya malu ya malu lebih tepatnya.
Lalu kamipun kembali kerumah. Dan setelah itu, aku mendengar bahwa akan diadakan acara pesta dansa pada besok malam, dan aku menghampiri ayah untuk meminta izin agar diperbolehkan mengikuti acaranya.
“hey sayang.” Sapa ayahku ketika aku memasuki ruangannya. “mengapa kau sangat senang, hmm ngomong-ngomong bagaimana dengan agen rahasia ayah? Apa kau senang?”
“aku sangat senang ayah. Tuan Simm sangat baik kepadaku, kita banyak menghabiskan waktu berdua. Aku senang bersamanya” jawabku, memberikan senyuman manis.
“bagus, itulah yang seharusnya kau lakukan. Bersikap sopan.”
“ayah. Aku mau memberitahumu sesuatu, besok diskeolah akan diadakan pesta dansa, apa aku boleh ikut?” tanyaku dengan muka penuh pengharapan.
“jika kau memiliki pasangan maka aku akan mengizinkanmu keluar.” Jawabnya.
“oh sungguh ayah?” aku tidak percaya ini hal yang tidak mungkin, tapi ini terjadi.
Lalu hari ini aku menyiapkan pakaianku untuk pergi berdansa. Aku sudah mengajak kattie untuk menjadi teman kencanku di pesta dansa nanti, semua ini berkat Simm dan Clain. Mereka yang mengajarkanku cara berbicara pada wanita. Namun sial, ketika sudah mendapat izin dari ayah, hal yang tak kuharapkan terjadi. Wilkes datang dengan beberapa pengawal lainnya, untuk bilang bahwa aku tidak boleh pergi kepesta dansa, karena diketahui ada tas yang ditaruh dihalte dekat sekolahku. Oh yatuhan. Tak bisakah mereka menjagaku dari kejauhan, jumlah mereka banyak, dan bertubuh besar, tak bisakah menjagaku di pesta dansa. Dan setelah Miley, keluar aku duduk di kasurku dengan perasaan kecewa, namun Simm terus menghiburku.
“pakai sepatumu, kita akan tetap pergi kepesta, dan kau akan tetap kencan dengan kattie.”
Lalu kami pun pergi kepesta, ini pertama kalinya aku ditatap oleh seorang perempuan yang aku suka, dan ku lihat Simm juga sangat senang, dia berdansa dengan guruk Elen. Namun semua tidak bertahan lama, Wilkes mengetahui bahwa aku tidak berada dikamarku, dan mereka menemukan kami di acara itu. Lalu Wilkes menariku kemobil, dan aku berpisah dengan Simm.
[Simon POV]
Aku dipecat, aku dipecat oleh Wilkes, berita ini belum sampai ketelinga pak President. Jadi Wilkes berinisiatif untuk memecatku lebih dahulu.
“maafkan aku Simm. Tapi kau sudah membahayakan Tuan Cameron.” Ucap Wilkes.
“apa yang aku lakukan?”
“kau membawanya kabur, apakah kau bekerja untuk para penculik?”
“tudingan macam apa ini. Apa kau berusaha memfitnahku?” tanyaku dengan perasaan sangat marah, juga kecewa. “maaf Simon Simm, tapi kami mengeluarkanmu dari kesatuan.” Ucap Wilkes.
“berikan aku kesempatan untuk bicara dengan Cam.”
“kau sudah tidak ada hubungan dengan tuan Cameron Davenport.”
[Cameron POV]
“Wilkes, dimana simm?” Tanyaku dengan tatapan penuh kebencian kepadanya.
“dia sudah dikeluarkan dari kesatuan, dan kami akan mencarikanmu pengawal baru.” Jawbanya dengan sangat santai, dia benar-benar menyebalkan. Seharusnya dia yang dikeluarkan.
“apakah Simm mengatakan sesuatu untukku?”
“agen rahasia tidak meninggalkan kata kata terakhir.”
“ah sialan.” Jawabku singkat. “mengapa kau disini Keluar.”
Lalu aku merasa kacau saat itu, dan aku membuka computerku, aku mengobrol dengan Mongoose12 (itu yang tertulis di display namenya) dia seorang gadis berumur 13tahun juga. Dia menanyakan kepadaku kalau, aku memiliki kesempatan untuk kabur apakah aku akan melakukannya, lalu akupun berkata iya dan sepakat untuk melakukannya.
Dan esoknya aku pergi ke mall untuk bertemu dengan gadis itu, namun sebelum aku mencarinya aku pergi ke tempat permainan yang ingin sekali aku kunjungi namun selalu dilarang oleh ibuku, aku bermain sesuka hatiku sampai aku puas.
[Simon POV]
“Simm. Mengapa kau disini.?” Tanya Wilkes dengan wajah panik, dan tergesa-gesa.
“mengambil data ku.” Jawabku singkat. “kenapa kau berlari.?”
“Clain, Golby, Calvin. Aktifkan deteksinya, anak itu kabur dari kamarnya.” Wilkes memang tidak bicara kepadaku, namun aku tau siapa anak yang dimaksud dalam perkataanya itu.
“apa?” jawabku. “Wilkes, aku bisa membantumu menemukan anak itu.”
“diamlah Simm. Sekarang kau hanya seorang sipil.” Jawabnya yang langsung meninggalkanku diruang pengontrol.
Lalu aku bergegas kemall untuk menemui Matty untuk mengaktifkan alat pendeteksi milikku. Itu menyambung pada kalung yang dipakai Cam.
“matty aktifkan benda ini. Anak itu kabur.” Pintaku, sambil memberikan benda itu padanya.
“aktif. Hey bung, anak itu berada di mall ini juga.” Ucapnya.
“bantu aku menemukannya.” Jawabku, yang langsung pergi berlari mencari Cam.
Aku mencari, berlari, dan tiba-tiba matty teriak dari bagian depan ku. Kita berada dijarak yang jauh.
“Simm. Dia disana.” Teriaknya.
Akupun langsung mengejar pria yang bersama Cam.
[Cameron POV]
“hey kau ini siapa?” ucapku ketika melihat seorang pria yang mencengkram tanganku begitu keras.
“ayolah ikut saja denganku.” Jawabnya, astaga ini menjadi sangat menyeramkan. Ayah aku takut, Simm selamatkan aku. Kumohon.
“tolong lepaskan aku pak.” Ucapku meminta belas kasihan.
“tidak nak. Akan ku lepaskan jika saatnya tepat.” Jawabnya yang menariku lebih keras lagi.
“hey berhenti.” Teriak seorang pria dari arah belakang. Itu Simm, dia datang. Lalu Simm menendang punggung badan pria  itu, pengunjung mall pun berlarian menjauh dari kami pergi menyelamatkan diri.
“Bran.?” Kata Simm heran.
“Simm. Kau sudah dikeluarkan, mengapa kau masih mau menyelamatkan nyawanya?” Tanya pria ini dengan menatapku penuh kebencian.
“dia telah membuatku bercerai dengan istriku yang sangat ku cintai, dan dia anak ini membuatku kehilangan pekerjaanku. Aku akan menjadikannya pembalasan dendamku.”
“apa yang mau kau lakukan dengan bocah 13tahun.?” Tanya simm heran. Aku tau dia, pria ini yang pernah bekerja kepada ayah, namun dipecat karna ku.
“aku tidak melakukan apa-apa.” Jawabnya dengan santai. “kau anak laki-laki 13tahun, yang akan menjadi 25tahun ketika berngobrol dengan wanita yang lebih tua kan?” tanyanya kepadaku dengan senyuman kejih.
“ah sialan. Simm, dia Mongoose12.” Teriakku. Lalu pria ini pun menembakkan pelurunya kearah simm, namun Simm berhasil melindungi dirinya. Dan pada tembakan ke 6 pelurunya habis. Dan Simm keluar dari tempat persebunyiannya dan menonjoknya habis-habisan. Pria itu melemparku ke lantai mall.
Pria itu jatuh ke kolam ikan dengan darah yang banyak diwajahnya. Lalu simm meninggalkanku, berjalan hendak keluar mall. Namun ternyata pria sikopat ini masih sanggup berdiri dan mengeluarkan pistolnya
“Simm. Awas.” Pria itu mengarahkan pistolnya kepada Simm. Namun berpindah sasaran kepadaku. Dan dia benar benar mengarahkan pistolnya kepadaku. Yatuhan, selamatkanlah aku, ayah aku dalam bahaya, ayah dimanakah kesatuanmu yang kau banggakan. Simm lakukanlah sesuatu.
*DORR*
Peluru itupun masuk kedalam dada Simm, dia menyelamatkanku untuk yang kedua kalinya, dan pria psikopat itupun di tembak oleh Wilkes dan kesatuannya.
“Simm. Sadarlah.” Teriakku. “simm kumohon sadarlah, bukalah matamu.”
Lalu Wilkes membawa ku kembali ke gedung putih, dan simm dibawa oleh Clain ke rumah sakit.
“Cameron Davenport. Apa kau baik baik saja?” teriak ayah dari dalam rumah yang langsung memelukku.
“aku baik-baik saja. Tapi simm tertembak.”
“ah syukurlah anakku, putra kesayanganku. Aku akan pergi kerumah sakit, dan menemani Simm.”
[Simon POV]
Hari ini aku boleh keluar dari rumah sakit. Dengan gips di tanganku, rasanya ternyata sakit jika tertembak peluru. Owh. Tapi aku bangga telah menyelamatkan anak Sam Paul Davenport. Dan setelah kejadian kaburnya anak nakal Cameron. Pak Paul Davenport mengijinkan untuk mendatangkan seluruh teman teman Cameron, juga wartawan  ke gedung putih untuk bermain cricket dihalamannya. Namun juga mengunakan pengamana yang ketat. Tapi kurasa Cam merasa lebih bahagia dengan suasana kehidupan yang sekarang, dimana anak seorang president tidak diperlakukan seperti seorang tahanan.
“Simm, terimakasih telah menyelamatkan putraku.” Ucap Victoria Davenport.
“itu adalah tugasku nyonya.”
“Simm, kami mengharapkanmu untuk bergabung kedalam kesatuan lagi, dan kembali menjaga president” Ucap Wilkes.
“maafkan aku sobat, tapi aku tidak bisa.” Jawabku, dengan tersenyum lebar.
“apa?” tanyanya dengan wajah bingung. “bukankah, ini pekerjaan yang sangat kau inginkan?”
“iya. Tapi sekarang ada orang lain yang harus ku jaga.” Jawabku memandang kearah Elen. “dan dia juga termasuk kedalam daftar cita-citaku untuk membagun keluarga yang indah.” Ucapku dan kami semua tertawa.
“Simm.” Teriak Cam .
“hey. Aku akan pergi menghampiri anak itu, untuk melihat apakah dia masih tetap manja atau tidak.” Ucapku kepada Elen, dan Wilkes.
“ada apa pemberontak.” Godaku.
“oh. Apakah aku parah itu?” tanyanya dengan wajah kecewa.
“tidak, hanya saja kau sedikit. Berulah, dan nakal.”
“ya. Karna aku sudah bersumpah untuk tetap menjadi seperti itu.” Ucapnya dengan sikap sombong, menaruh tangannya didada.
“bahkan setelah aku tertembak demi menyelamatkan mu?” tanyaku yang hampir ingin memukulnya.
“tidak. Kau menjadi temperament setelah tertembak.” Jawabnya dengan menaikan alis kanannya. “hmm aku ingin bersumpah didepanmu aku akan berubah, aku akan memperlakukan semua agensi kesatuanmu dengan baik, dan akan bertingkah sopan ketika tamu yang dikatakan penting oleh ayah datang. Apa kau bangga padaku sekarang?”
“tentu saja anak manja.”
“terimakasih.”
“untuk apa?” tanyaku
“karna telah menyelamatkan hidupku.” Jawabnya dengan wajah memerah.
“tugasku adalah melihatmu tetap bernafas. Jadi jangan bilang terimakasih padaku.” Aku menatap kearahnya dengan senyum lebar. “lihatlah, itu kattie cepat hampiri dia.”
“baiklah.” Lalu Cam memberikanku ciuman dipipi. “dan kau juga lihat, disana ada Ellen menunggu mu.”
“sampai bertemu di pesta pernikahan mu Simon Simm.”
-tamat-



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEKOLAH CIKAL HARAPAN

SEPUTAR Cikal  Harapan : Sekolah Cikal Harapan yang berlokasi di Perm. Citra Indah City, adalah sekolah yang sangat lengkap, mulai dari TK-SD-SMP-SMA, semua tersedia disana. Tentang Fasilitas di Cikal Harapan, sudah tidak diragukan lagi. Di SMP misalnya, setiap ruangan dilengkapi 2 AC, 1 alat infokus, 1 mading untuk kelas, dan 1 soundsystem. Juga dilengkapi dengan kamera pengawas CCTV. di SMP juga disediakan loker pribadi untuk para siswa-siswi smp. SMP ini juga memiliki perpustakaan, dan kebanyakan buku perpustakaan ini disuplai oleh Gramedia. Dilantai 2, terdapat ruangan musik, dan biasanya tempat ini sering digunakan oleh band smp cikal untuk latihan. dilantai 2 ini juga terdapat ruang osis, dan ruang serba guna pramuka. kembali ke lantai 1. dihalaman depan, terdapat lapangan basket smp. BERBAGI BERSAMA SMA : Dan pada tanggal 26 july 2016 Sekolah Cikal Harapan, membuka pendaftaran untuk siswa-siswi SMA. dan karna peminatnya melebihi 10 orang, maka dibukalah SMAI Cikal Harap

LULUS UJIAN NASIONAL DENGAN SEMPURNA :

 hi adik-adikku, kakak-kakak kelas ku. kalian semua yang lagi mau ngadepin ujian nasional. HAIIIII..! hmm, jadi perasaan kalian gimana mau ngadepin Ujian Nasional? pasti grogi, biasa ajah sih, santai, A6. aku mau ngasih TIPS DAN TRIK HADAPI UN. kalian kepo kan? kepo kan? hm. nih aku kasih tau. TIDAK.! bukan yang ini maksudnya. 1. SIAPIN MENTAL.   ini penting, karna secerdas apapun kamu, kalau memiliki sikap mental yang negatif sulit deh kalian ngedapetin yang namanya sukses, nih aku kasih contoh ya, sebut saja Jul, dia sebenarnya pintar, tapi gampang panik. pernah ia ngadepin lembaran-lembaran tes, sebenarnya asal nyabar dikit aja, ia bisa mengerjakan soal-soal itu. but, melihat teman-temannya satu persatu keluar kelas, pikirannya jadi kacau balau.   Diantara sikap negatif yang lain adalah : minder, gampang panik, gak sabaran, dan nyerah sebelum bertanding, alias putus asa. "Yah, ngapain cape-cape belajar, emang gua bodoh bin idiot. Ngak lulus bukan berarti kiamat